cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
Darussalam Nutrition Journal
ISSN : 25798588     EISSN : 25798618     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Darussalam Nutrition Journal (DNJ) is a scientific journal containing research articles in the scope of halal food science, nutrition and health, related to clinical nutrition, community nutrition, sports nutrition, molecular nutrition, nutritional biochemistry, functional food, and nutrition service and management.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal" : 11 Documents clear
Asupan folat, vitamin b12, vitamin e berhubungan dengan kadar hemoglobin (hb) ibu hamil di Puskesmas Kebon Jeruk Elsye Meilinda Br Sembiring Meliala; Nadiyah Nadiyah; Anugrah Novianti; lintang Purwara Dewanti; Yulia Wahyuni
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4051

Abstract

Latar Belakang: Salah satu masalah kritis yang dihadapi ibu hamil adalah risiko mengalami anemia. Risiko terjadinya anemia pada masa kehamilan disebabkan oleh peningkatan volume plasma sekitar 20-30% akibatnya kebutuhan zat gizi pembentuk hemoglobin (Hb) juga mengalami peningkatan. Tahun 2015 prevalensi ibu hamil sebanyak 4.295 jiwa dan 1.249 jiwa atau 29% diantaranya mengalami anemia. Tujuan: Mengetahui hubungan asupan folat, vitamin B12, vitamin E dan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil di Puskesmas Kebon Jeruk. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional rancangan cross sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 58 ibu hamil. Sampel berusia 19-42 tahun dengan usia kehamilan trimester 1 hingga trimester 3. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil adalah 11,5 ± 1,3 g/dL, asupan folat 245,8 ± 92,1 mcg, asupan vitamin B12 5,4 ± 2,1 mcg dan asupan vitamin E 16,4 ± 2,2 mg. Hasil uji korelasi pearson product moment menunjukkan terdapat hubungan antara asupan folat (p=0,0001; r=0,830), vitamin B12 (p=0,0001; r=0,716), vitamin E (p=0,0001; r=0,688) dan kadar hemoglobin (Hb). Kesimpulan: Semakin tinggi asupan folat, vitamin B12, vitamin E maka akan semakin tinggi pula kadar hemoglobin (Hb).Background: One of the critical problems faced by pregnant women is the risk of developing anemia. The risk of anemia during pregnancy is caused by an increase in plasma volume of about 20-30% as a result, the need for hemoglobin formed nutrients (Hb) also increases. In 2015, the prevalence of pregnant women was 4,295 people and 1,249 people or 29% of them had anemia. Objective: To determine the relationship between intake of folate, vitamin B12, vitamin E and hemoglobin (Hb) levels of pregnant women at Puskesmas Kebon Jeruk. Method: This research was an observational study with a cross sectional design and the sampling technique used was purposive sampling method with a total sample of 58 pregnant women. Samples aged 19-42 years with gestational age trimester 1 to trimester 3. Results: The results showed that the average hemoglobin level in pregnant women was 11.5 ± 1.3 g / dL, folate intake was 245.8 ± 92.1 mcg , intake of vitamin B12 5.4 ± 2.1 mcg and intake of vitamin E 16.4 ± 2.2 mg. The results of the Pearson product moment correlation test showed that there was a relationship between folate intake (p = 0.0001; r = 0.830), vitamin B12 (p = 0.0001; r = 0.716), vitamin E (p = 0.0001; r = 0.688 ) and hemoglobin (Hb) levels. Conclusion: The higher the intake of folate, vitamin B12, vitamin E, the higher the hemoglobin (Hb) level.
Perbedaan densitas energi konsumsi dan densitas asupan zat gizi berdasarkan status gizi guru di Jakarta Barat Inggriani Puji Lestari; Putri Ronitawati; Vitria Melani
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.3981

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk usia >10 tahun di DKI Jakarta adalah makanan manis 61,4%, berlemak 47,8 % dan makanan asin 20,3%. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengonsumsi makanan padat energi (densitas energi tinggi) yang dapat menyebabkan status gizi lebih. Tujuan: menganalisis perbedaan densitas energi konsumsi dan densitas asupan zat gizi berdasarkan status gizi pada guru. Metode: Desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian ini yang berjumlah 37 orang guru. Analisis data dengan menggunakan uji mann whitney. Hasil: Status gizi lebih (41.2%) di SDN Duri Kepa 01 Pagi dan 10 orang (50%) di SDN Duri Kepa 11 Pagi Jakarta Barat, tidak terdapat perbedaan densitas asupan zat gizi protein (p=0,750), kalsium  (p=0,455), zat besi (p=0,819)., vitamin A (p=0,749)., vitamin C (p=0,307) dan ada perbedaan densitas energi konsumsi berdasarkan status gizi (p=0,017). Kesimpulan : Adanya perbedaan yang signifikan antara densitas energi konsumsi berdasarkan status gizi pada guru di SDN Duri Kepa 01 dan 11 Pagi Jakarta Barat. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada densitas asupan protein, kalsium, zat besi, vitamin A dan Vitamin C berdasarkan status gizi.Background:The highest prevalence of food consumed by the population >10 years old in Jakarta is sweet food 61.4%, fat 47.8% and salted food 20.3%. These data indicate a tendency to consume energy-dense foods (high energy density) can lead to more nutritional status. Objective: to analyze the difference of energy and nutrient density intake based on nutritional status. Methods:  Cross-sectional research design. The sample of this study is 37 teachers. Data analysis is using mann whitney test. Result: The result showed nutritional status of respondent with obesity (41,2%) in SDN Duri Kepa and 10 people (50%) in SDN Duri Kepa 11. There were no differences in intake of nutrient density intake of protein (p=0,750), calcium (p=0,455), iron (p=0,819), vitamin A (p=0.749), vitamin C (p=0,307) based on nutritional status and there was difference in energy density intake based on nutritional status (p = 0,017).Conclusion: There was difference in energy density intake based on nutritional status of teachers at SDN Duri Kepa 01 dan 11 Pagi in West Jakarta. There were no differences in nutrient density intake of protein, calcium, iron, vitamin A, and vitamin C (p=0,307) based on nutritional status.
Pembuatan stirred yogurt berbasis sari kacang merah (phaseolus vulgaris l) dan sari buah naga merah (hylocereus polyrhizus) sebagai sumber serat dan antioksidan Ratri Oktaria Jasmine; Reza Fadhilla; Vitria Melani; Putri Ronitawati; Dudung Angkasa
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.3999

Abstract

Latar Belakang : Kurangnya asupan serat pada remaja mencapai prevalensi 10%. Salah satu upaya meningkatkan asupan serat dengan pembuatan produk yang disukai remaja, menggunakan kacang merah sebagai sumber serat dan buah naga merah yang mengandung antioksidan dalam proses fermentasi yaitu yogurt. Tujuan : Memanfaatkan kacang merah dan buah naga merah dalam pembuatan yogurt, untuk membantu memenuhi serat pada remaja. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Terdapat empat jenis perlakuan dengan perbandingan sari kacang merah dan sari buah naga yaitu, 0 ml:0 ml, 90 ml : 10 ml, 80 ml : 20 ml, 70 ml : 30 ml. Penilaian organoleptik dilakukan menggunakan instrumen Visual Analog Scale (VAS). Analisis statistik perbedaan nilai gizi dan daya terima menggunakan One Way Anova dan Bonferroni pada p-value<0.05.  Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan signifikan antara keempat formulasi pada nilai serat dan aktivitas antioksidan (p <0.05). Nilai serat pada yogurt F1 0.59 g dengan aktivitas antioksidan tinggi. Kesimpulan : Yogurt F1 dapat dijadikan makanan selingan yang dapat memenuhi 6% kebutuhan rata-rata serat pada remaja dan mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk uji alergen dan daya simpan produk. Background: Lack of fiber intake in adolescents reaches a prevalence of 10%. One of the efforts to increase fiber intake is by making products that are preferred by teenagers, using red beans as a source of fiber and red dragon fruit which contains antioxidants in the fermentation process, namely yogurt. Purpose: To use red beans and red dragon fruit in making yogurt, to help meet fiber in adolescents. Research Methods: This type of research is experimental. There are four types of treatment with a ratio of red bean juice and dragon fruit juice, namely, 0 ml: 0 ml, 90 ml: 10 ml, 80 ml: 20 ml, 70 ml: 30 ml. Organoleptic assessment was carried out using the Visual Analog Scale (VAS) instrument. Statistical analysis of differences in nutritional value and acceptability used One Way Anova and Bonferroni at p-value <0.05. Results: There were significant differences between the four formulations on the value of fiber and antioxidant activity (p-value <0.05). The value of fiber in the F1 yogurt is 0.59 g with high antioxidant activity. Conclusion: F1 yogurt can be used as a snack that can meet 6% of the average requirement for fiber in adolescents and contains high antioxidant activity. In future studies, it is recommended to test for allergens and product shelf life.
Efek konsumsi bahan makanan yang mengandung beban glikemik terhadap kadar glukosa darah Elida Soviana; Citra Pawestri
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4047

Abstract

Latar Belakang: Gejala dan diagnosa diabetes melitus meningkat pada usia dewasa akhir, lansia awal sampai dengan usia ≤ 65 tahun. Jumlah asupan kabohidrat mempengaruhi beban glikemik secara langsung. Beban glikemik merupakan parameter untuk mengetahui kecepatan glukosa pada suatu makanan untuk masuk ke peredaran darah, jika beban glikemik yang dikonsumsi meningkat maka secara perlahan terjadi peningkatan glukosa darah dan insulin. Tujuan : mengetahui efek beban glikemik dengan kadar glukosa darah lansia. Metode: Penelitian ini termasuk studi crossectional dengan sampel 30 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling. Beban glikemik dihitung menggunakan food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif dengan menghitung rata-rata asupan karbohidrat selama 1 bulan terakhir. Beban glikemik didapat dari hasil kali antara karbohidrat dalam bahan makanan dengan indeks glikemik makanan tersebut. Kadar glukosa darah puasa diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan satuan mg/dL. Uji statistik yang digunakan adalah pearson product moment. Hasil: Sebanyak 20 (66,7%) responden memiliki beban glikemik kategori tinggi dan 19 ( 63,3%) responden memiliki kadar glukosa darah puasa kategori tinggi. Hasil uji analisis antara beban glikemik dengan kadar glukosa darah puasa menunjukkan nilai p = 0,001. Kesimpulan: Beban glikemik berhubungan dengan kadar glukosa darah pada lansia di Paguyuban Diabetes Melitus Surakarta.Background: The symptoms and diagnosis of diabetes mellitus increased in late adulthood, early elderly up to ≤ 65 years old. The amount of carbohydrate intake directly affect glycemic load. Glycemic load is a parameter to determine the speed of glucose in a food to enter the blood circulation, if the glycemic load consumed increases, there will be an increase in blood glucose and insulin. Objective: to determine the association of glycemic load to blood glucose level in elderly. Method:This is a cross sectional study with a total of 30 respondens were chosen based on the inclusion and exclusion criteria using consecutive sampling technique. Glycemic load was obtained from the average of 1 month carbohydrate intake by using 1 month semi-quantitative food frequency questionnaire. Glycemic load is obtained by multiplying carbohydrates and the glycemic index in food. Fasting blood glucose levels were measured using a spectrophotometer by unit mg/dL. All data were analyzed using pearson product moment. Results: 20 (66.7%) respondents had a high glycemic load and 19 (63.3%) respondents had a high fasting blood glucose level. The statistical analysis shows that there is an association between glycemic load and fasting blood glucose levels (p=0.001). Conclusion: Glycemic load is related to blood glucose levels in Paguyuban Diabetes Melitus Surakarta.
Daya terima siswa terhadap modifikasi siklus menu makan siang di SD Islam Tompokersan Lumajang Lailul Azizah; Muhammad Iqbal
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4533

Abstract

Latar Belakang :Penerapan sistem fullday school di SD Islam Tompokersan Lumajang, membuat pihak sekolah menyelenggarakan program makan siang di sekolah. Namun dalam pelaksanannya, daya terima siswa terhadap menu makan siang yang disajikan cukup rendah sekitar ±50% sesuai dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan pada siklus menu yang ada terdapat pengulangan bahan makanan yang terlalu dekat serta pola menu yang ada masih belum sesuai dengan gizi seimbang. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan daya terima siswa terhadap menu makan siang yang disajikan. Metode Penelitian : Penelitian eksperimen dengan rancangan quasi experiment design dilakukan pada 86 siswa kelas 5 yang diambil menggunakan metode random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuisioner daya terima siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019. Variabel dependen adalah warna, rasa, aroma, tekstur, bentuk, tampilan dan variabel independen adalah modifikasi siklus menu. Data dianalasis dengan uji Wilcoxon Sign Test. Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan pada warna (97%), rasa (96,5%), aroma (97,6%), tekstur (95,8%), bentuk(95%) , dan tampilan (96%) makanan sebelum dan sesuah modifikasi siklus menu(p = 0,001). Kesimpulan : Ada perbedaan  pengaruh modifikasi siklus menu terhadap aspek warna, rasa, aroma, tekstur, bentuk, dan tampilan.Background: The implementation of the fullday school system in Islamic Elementary School in Lumajang, made the school hold a lunch program at the school. But in practice, the student’s acceptance of the lunch menu offered is quite low. This is because in the menu cycle there is a repetition of food ingredients that are too close and the exixting menu patterns are still not in accordance with balanced nutrition. The purpose of this study was to improve student’s acceptance of the lunch menu that was served. Method: Experimental research with quasi experiment design was carried out on eighty six, ffty grade student’s taking using the random sampling method. The Instrument of this study is quitionery of acceptables. The study was conducted in Desember 2019. The dependent variable was colour, taste, smell, texture, shape, appearance and the independent variable was a modification of the menu cycle. Data was analyzed by Wilcoxon Sign Test. Result: There are significant differences in colour (97%), taste (96,5%), smell (97,6%), teksture (95,8%), shape (95%), and appearance (96%) of food before and after the menu cycle modification (p= 0,001). Conclusion: There was a different modification in terms of colour, taste, smell, texture, shape, and appearance.  
Correlation between body image physical activity and sleep duration with nutritional status teaching-students at the University of Darussalam Gontor for girls Safira Kholifatul Ummah; Kartika Pibriyanti; Fathimah Fathimah
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4067

Abstract

Background: Malnutrition both overweight and malnutrition in children and adolescents often occur in developing countries. At this time many factors affect the nutritional status of adolescents including physical activity, psychological aspects (body image) and sleep duration. Objective: This study aims to determine the risk factors associated with the nutritional status of teaching-students at the University of Darussalam Gontor. Method: This research is an observational survey research with cross-sectional study design. Research subjects were 94 teaching-students 18-21 years old at the University of Darussalam Gontor For Girls. Statistical tests use the Gamma correlation test to determine the relationship between independent variables and dependent variables. The results of this study indicate that there was a significant correlation between body image and nutritional status (p = 0.030) and there was no significant correlation between physical activity (p = 0.385) and sleep duration (p = 0.156) with nutritional status.Keyword : Nutritional Status, Body Image, Physical Activity, Sleep Duration, Teaching Students Latar Belakang: Malnutrisi baik kelebihan berat badan dan gizi buruk pada anak-anak dan remaja sering terjadi di negara-negara berkembang. Pada saat ini banyak faktor yang mempengaruhi status gizi remaja termasuk aktivitas fisik, aspek psikologis (citra tubuh) dan durasi tidur. Tujuan: Menganalisis faktor risiko yang terkait dengan status gizi mahasiswi guru di Universitas Darussalam Gontor. Metode: Penelitian ini adalah penelitian survei observasional dengan desain studi cross-sectional, uji hipotesis statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi Gamma. Subjek penelitian adalah 94 mahasiswi guru berusia 18-21 tahun di Universitas Darussalam Gontor Kampus Putri. Tes statistik menggunakan uji korelasi Gamma untuk menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0,030) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik (p = 0,385) dan durasi tidur (p = 0,156) dengan status gizi.Kata kunci : status gizi, body image, aktifitas fisik, durasi tidur, mahasiswi guru.
Asupan magnesium, kalsium, purin, vitamin c, kafein dan kadar asam urat pada wanita menopause Hana Atikah; Yulia Wahyuni; Anugrah Novianti
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4049

Abstract

Latar Belakang: Kadar asam urat cenderung meningkat pada wanita yang sudah mengalami menopause. Asupan tinggi purin dapat meningkatkan kadar asam urat. Sedangkan menjaga asupan vitamin C, kalsium dan magnesium dalam batas wajar berpotensi mengurangi kadar asam urat dalam darah. Tujuan: Menganalisis hubungan antara asupan magnesium, kalsium, vitamin C, purin dan kafein terhadap kadar asam urat wanita menopause.Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Subjek adalah wanita menopuse rentan usia 51-92 tahun berjumlah 70 orang. Data asupan purin, vitamin C, kalsium, magnesium dan kafein diperolehmenggunakan formulir Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) dan kadar asam urat dengan alat Easy touch GCU. Analisis bivariat dengan uji korelasi Pearson dan Spearman. Hasil: Rerata kadar asam urat 5,949 ± 1,79 mg/dl. Sebanyak 44,29% subjek memiliki asupan purin tinggi, sebanyak 64,3% subjek memiliki asupan vitamin C yang rendah. Terdapat hubungan antara asupan purin, vitamin C dan kalsium terhadap kadar asam urat subjek (p = 0,003 ; p = 0,011 ; p = 0,037 secara berurut). Tidak terdapat hubungan antara asupan magnesium dan kafein terhadap kadar asam urat subjek ( p = 0,545 ; p = 0,358 secara berurut). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan purin, kalsium dan vitamin C terhadap kadar asam urat pada subjek. Background: Uric acid levels tend to increase in women who have experienced menopause. High purine intake is thought to be one of the causes of increased uric acid levels. While maintaining the intake of vitamin C, calcium and magnesium and caffeine within the recommended limits have the potential to reduce uric acid levels in the blood. Objective: To determine the relationship between intake of purines, vitamin C, calcium, magnesium, and caffeine intake on uric acid levels in menopausal women in the Mampang sub-district health center. Method: Cross-sectional was the design of this study. The sample used was menopausal women vulnerable to age 51-92 years totaling 70 people in the Mampang District Health Center. Data on the intake of purines, vitamin C, calcium, magnesium, and caffeine were obtained by conducting interviews using semi-quantitative food frequency and uric acid levels using the Easy touch GCU tool. Bivariate analysis was performed using Pearson and Spearman correlation tests. Results: The average level of uric acid respondents 5.949 ± 1.79 mg/dl. As many as 44.29% of respondents had high purine intake and 64.3% of respondents had low vitamin C intake. There was a significant relationship between intake of purines, vitamin C and calcium on uric acid levels of menopausal women (p = 0.003; p = 0.011; p = 0.037 sequentially). But no association was found between magnesium and caffeine intake on uric acid levels in menopausal women (p = 0.545; p = 0.250 sequentially). Conclusion: There was a significant relationship between intake of calcium, purines, vitamin C and on uric acid levels in menopausal women in the Mampang sub-district health center. Suggestion: The consumption of respondent's vitamin C is low, therefore increasing the consumption of fruits and vegetables is sufficient in good menopausal women to prevent increased uric acid levels.
Riwayat posyandu dan asi eksklusif dengan kejadian stunting anak usia 6-59 bulan di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontia Dahliansyah Dahliansyah; Martinus Ginting; Desi Desi
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4305

Abstract

Latar belakang: Stunting merupakan indikasi buruknya status gizi dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Tujuan: menganalisis riwayat posyandu dan ASI eksklusif dengan kejadian stunting anak usia 6-59 bulan di Wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Metode: Observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei  tahun 2019. Tempat penelitian di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Populasi penelitian ini adalah semua balita usai 6-59 bulan di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Jumlah sampel pada Penelitian ini berjumlah 94 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil: Sebagian besar balita berusia 37-60 bulan sebanyak 47,9 %, 51,1% berjenis kelamin laki-laki dan 81,9% pekerjaan orang tua swasta. Ada hubungan signifikan antara keaktifan ke Posyandu dengan kejadian stunting. Balita yang aktif ke posyandu setiap bulan memiliki peluang 0,3 kali tidak mengalami stunting dibandingkan dengan yang tidak aktif ke posyandu (OR=0,348 CI95% = 0,126 to 0,959). Ada hubungan signifikan antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting, balita yang diberi ASI selama 6 bulan berpeluang 0,83 kali tidak mengalami stunting dibandingkan dengan yang diberi ASI secara eksklusif. Kesimpulan Terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan ibu ke Posyandu dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-59 Bulan.Background: Stunting is an indication of poor nutritional status and is used as a long-term indicator for child malnutrition. Objective:  was to find out the history of Posyandu and Exclusive ASI with Stunting Occurrence of Children Aged 6-59 Months in the District of Siantan Hulu, Pontianak. Method: used is analytic observational with cross sectional design. This research was conducted in May 2019. The research site was in the Siantan Hulu Kelurahan of Pontianak City. The population of this research is all children under five after 6-59 months in the region of Kelantan Siulu, Pontianak. The number of samples in this study amounted to 94 people using purposive sampling technique. Results: most of the children aged 37-60 months were 47.9%, 51.1% were male and 81.9% were private parents. There was a significant relationship between activeness to Posyandu and stunting. Toddlers who are active in posyandu every month have a 0.3 times chance of not experiencing stunting compared to those who are not active in posyandu (OR = 0.348 CI95% = 0.126 to 0.959). There was a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting, toddlers who were breastfed for 6 months were 0.83 times less likely to experience stunting compared to those who were exclusively breastfed. Conclusion: There is a significant relationship between the activity of mothers in Posyandu and exclusive breastfeeding with the incidence of Stunting Children 6-59 Months.
Hubungan kenaikan berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir Monica Rizky Wigianita; Sri Umijati; Bambang Trijanto
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.3944

Abstract

Latar Belakang: Kenaikan berat badan ibu hamil merupakan adaptasi tubuh terhadap perkembangan janin di dalam rahim. Berat bayi lahir merupakan bagian dari perkembangan janin selama masa kehamilan yang dapat dipengaruhi oleh kenaikan berat badan ibu saat hamil. Tujuan : menganalisis hubungan antara kenaikan berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi lahir. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain cross sectional dan subjek penelitiannya adalah ibu post-partum berusia 21-35 tahun di Bidan Praktik Mandiri Yuliana – Lamongan periode Januari – Desember 2014. Sampel penelitian ini sebanyak 47 orang yang diambil dengan teknik total sampling dan dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact. Hasil: Rerata kenaikan kenaikan berat badan ibu hamil ialah 9,4 kg dan mayoritas (59,6%) ibu mengalami kenaikan lebih dari 9 kg. Ibu dengan kenaikan berat kurang dari 9 kg melahirkan bayi BBLR sebanyak 15,8%. Simpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu saat hamil dengan berat badan bayi baru lahir (p=0.06).Background: Gestational weight gain is a body adaptation to development of fetus. Birth weight is a part of development of fetus during pregnancy which influenced by maternal gestational weight gain. Objective: Analyse association between maternal gestational weight gain and infant birth weight. Method: The subjects of this cross sectional study were post-partum mother between the age 21-35 years old who had medical record in Independent Midwife Practitioner Yuliana – Lamongan during period January 2014 - December 2014. Sample of this study used total sampling method and had 47 people. Statistical analysis of this study used Fisher’s Exact test. Result: the mean gestational weight gain during pregnancy is 9,4 kg and the majority (59,5%) had gestational weight gain more than 9 kg. Mother who had gestational weight gain less than 9 kg delivered low birth weight (15,8%). Conclusion: There is no association between gestational weight gain and infant birth weight (p=0.06).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan status gizi remaja di pondok pesantren Amilia Yuni Damayanti
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4850

Abstract

Latar belakang: Hampir 50% santriwati Pondok Pesantren memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang tergolong kurang. Perilaku PHBS dinilai mengambil peran terkait status gizi remaja. Tujuan: Menganalisis hubungan antara sikap PHBS dengan status gizi remaja santriwati di Pondok Pesantren. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2020. Tempat pelaksanaan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 Jawa Timur, Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah santriwati Pondok Pesantren sebanyak 4109 remaja yang berusia 13-18 tahun. Metode pengambilan subjek penelitian menggunakan stratified random sampling sehingga didapatkan subjek penelitian sebanyak 425 santriwati. Data PHBS diperoleh dengan kuesioner sikap PHBS. Indikator status gizi menggunakan indikator IMT/U. Uji statistik yang digunakan uji Chi-square. Hasil: Sebagian besar subjek penelitian memiliki sikap PHBS yang baik sebanyak 343 santriwati dengan presentase 80,7% dan yang memiliki perilaku cukup mengenai PHBS sebanyak 82 santriwati dengan presentase 19,3%. Kelas 2 mempunyai tingkat perilaku terbaik mengenai PHBS yaitu sebanyak 60 santriwati dan untuk tingkat perilaku cukup terbanyak mengenai PHBS yaitu  kelas 1 dengan jumlah 46 santriwati. Hasil uji hubungan antara perilaku PHBS dengan status gizi santriwati menunjukkan p-value 0,001. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap PHBS dengan status gizi remaja santriwati di Pondok Pesantren.Background: Nearly 50% of the Pesantren students have PHBS which was classified as lacking. PHBS behavior was considered to play a role related to adolescent nutritional status. Purpose: to determine the relationship between the attitude of the PHBS and the nutritional status of adolescent students in Islamic boarding schools. Method: This study used a cross sectional design. The research was conducted in August 2020. The place of implementation was at the Islamic Boarding School Darussalam Gontorfor Girls 1 East Java, Indonesia. The population in this study were 4109 students of Islamic boarding school students aged 13-18 years. The method of taking research subjects used stratified random sampling so that the research subjects were obtained as many as 425 students. PHBS data were obtained by using the PHBS attitude questionnaire. Nutritional status data were obtained by measuring body weight (BW) and height (TB). BB data were obtained using digital scales, while TB data were obtained using microtoise with an accuracy of 0.01 cm. The nutritional status indicator used the BMI / U indicator. Results: Most of the research subjects had good PHBS attitudes as many as 343 students with a percentage of 80.7% and those who had sufficient behavior regarding PHBS were 82 students with a percentage of 19.3%. The data showed that class 2 has the best level of behavior regarding PHBS, namely 60 santriwati and for the highest level of behavior regarding PHBS, namely class 1 with a total of 46 students. The results of the relationship between the attitude of PHBS and the nutritional status of adolescent students test showed p-value of 0.001. Conclusion: There was a significant relationship between the attitude of PHBS and the nutritional status of adolescent students at Islamic boarding schools.

Page 1 of 2 | Total Record : 11